Background

Dua biji oksigen sengaja diternak didua wadah yg berbeda.
Satu mengudara di persimpangan tempat wudhu dan rak mukenah.
Satu lainnya mengkuduskan Kejadian hingga Wahyu.
Konon keduanya berpas-pasan ketika keduanya bertukar airmata, mengadu lelah.
Bisa saja, saat satu diantara mreka pernah tercemplung dalam airmatanya, kemudian satunya lagi mengulurkan tangan agar tidak tenggelam. Dibungkus secara romantis.
Bisa saja, ketika rinai hujan membopong rindu, jatuh secara acak, dan mreka adalah korbannya. Sapa nyana yg dulunya saling jatuh malah skarang saling rindu. Kadang-kadang hujan juga jahat, rindunya jatuh disembarang tempat.

Kasihan alam, apabila mereka saling benci dedaunan menguning kering sperti tidak ada sdikitpun kemesrahan.
Apalagi saling bermusuhan, munafik pun menjadi manis semanis selera makan patah hati.
Percuma dijarak dengan sdemikian rupa, karna hampir semua dibumi adalah titik temunya. Mreka oksigen.
Menyebar kesana kemari, dan bersatu lagi.

Reruntuhan pundak jatuh satu persatu. Pingsan atas pertanyaan yang tidak mampu dijawab alam. Sebut saja alam mereka Indonesia.
mengpa Bhineka Tunggal Ika masih ditegakkan jika cinta beda agma  masih dilarang. Apakah cinta itu hanya skedar mahkota fana. Bukan lagi sebuah anugerah.

Padahal,
Bukan satu silikon, satu oksigen
Bukan satu boron, satunya oksigen. Atau entahlah sgala macam jenis yg hidup.
Mreka memiliki nomer atom yg sama, kebiasaan-kebiasaan yg sama, dan sama-sama mengisi alam. Tetap saja diatas tabir, mreka masih ada bedanya.
Satu melantunkan Bismillah, satu mengucap Allah Bapa.
Satu memegang tasbih, satu mengalungkan simbol salib.
Mengudara diatas cinta yang mengendus diudara-udara.

Terkadang keduanya bertemu dalam titik jenuh. Mreka mengapung dalam kekosongan. Seringkali juga gong-gong masalah menjerit memekakan telinga pemahaman. Banyak racikan-racikan kimiawi yg seringkali membumbui agar cinta mreka mampu bernafas lepas, mengalun bebas, dan sketika mreka bangkit  mreka mengepul terbang sampai ke surga.

Betapa mulianya perbedaan mereka.

"..sayang, kemana aku bisa menemui Tuhanmu?.."
"..kamu lupa ya kalau Tuhan itu Esa, mana mungkin ada perkataan Tuhanmu atau Tuhanku.."
"..tapi kenapa kita sulit menyatu.."
"..jika kita mencintai seseorang karena Tuhan, maka cinta kita akan kuat dan abadi sayang.."
Sungguh bahasan yg dikemas secara bahaya, mengulas Tuhan bukan hal sperti jatuh dari jungkat-jungkit. Sungguh sangat amat berbahaya.

Aku adalah satu dari kedua oksigen itu.
Berharap lelehan airmata dan dosa-dosa demi seglontor tawa palsu mampu memberi banyak celah agar cinta kami bernafas legah.