Tanpa emosi,
Apa arti semangat!
Selamat
malam,
Jendela
sajak membuka syahdunya. Keheningan mengalun pada ketenangan akan keterpurukan.
Malah tangis yang tercipta. Sejenak pribadi mengingat suka duka masa kelam. Entah
mengapa, manusia selalu kalah dengan masalahnya. Setiap ada problema yang
mengusik, mereka selalu larut dalam tangisnya. Justru emosi yang mengemban-emban
secara perlahan merasuk pada larutnya kesedihan, itu yang membakar api yang
berkobar-kobar. Semakin semangat berjalan, tertatih bukan halangan, tanjakan
pun ia sebrangi, dan duri yang tajam pun mereka mampu utak-atik hingga tumpul dan
tak lagi tajam. Itu semua berkat emosi mereka.
Ketika
ada hari lain dan dendam lain menetes lewat air mata. Sebaiknya emosi slalu
mengalir pada saat itu. Jangan tanyakan pada bidadari-bidadari bodoh dimana
letak semangat. Jangan tanyakan pada dewa-dewa bodoh “aku harus apa?”.
Ketika
babi-babi mungil berkata “tawa dilluar, tangis didalam”. Ketika itu juga ia
lantas beranjak dewasa. Mereka tak memamerkan tangis mereka, tapi diatas tabir
mereka malah tertawa diatas penderitaan mereka sendiri. Mereka bukan sok jantan
seperti ayam jantan, yang sok petarung dan ditengah-tengah pertarungan ia
pulang dengan mengumpulkan berbagai jenis air tangisan.
Terkadang
capung mata satu slalu berkata “lebih baik memilih emosi, daripada terjebak
dipelataran yang cenderung diam namun munafik sebenarnya”
Emosi
slalu nampak pada loyalitas, solidaritas, lain halnya dengan primitif. Secara tidak
munafik, aku berkata “emosi bukan halangan, tapi emosi adalah tantangan yang
harus ditantang demi meraih sebiji semangat!”