IMAJINASI SANG LONCENG . . . .
Lonceng adalah bagaimana burung berkicau, air
gemercik, dan bulu-bulu yang melayang syahdu
Seperti salju yang turun dari lazuardi
Begitu pula betapa damainya sang lonceng
Kuning emas gemerlap yang tampak,
Layaknya anak desa yang lugu dan suka menolong
Diatas pegunungan nan hijau tersapu kabut
layaknya hitam putih kehidupan
Dibalik keluguan sang lonceng,terselubung hati
sebagai hamba yang rela melayani
Seperti budak yang cekak hatinya tapi entah
kenapa tak secekak teladannya
Lonceng tak ingin menjadi telenovela karena ia
tak ingin angannya dihapus oleh episode terakhir.
Angannya tak pernah berakhir seabadi kasihnya
kepada sesama
”Tak ada yang mustahil” adalah yang dipegangnya
dan senjatanya hanya sebatas “semangat”
Apa yang diludahi orang, itulah peluangnya
Semakin banyak air ludah, semakin bertambah
semangatnya
Layaknya kembang api yang siap terjang ke atas dan
membuat keindahan
Mungkin hampalah otaknya
Lantas, apa ia hanya duduk,tunduk dan termenung
?
Paradigma yang salah besar ...
Berlatih adalah guru besarnya , ia mengasihinya
karena dia tak pernah lalai dalam bersyukur
Mungkin ia berat, dan tak mampu bersuara jika
hanya mengandalkan tiupan angin
Lonceng memang sangat tanggap, ia tahu harus
bagaimana
Renungan kitab adalah pedoman bahwa ia sekarang
harus melakukan apa sekarang
Sang Pencipta, si pengandung, si peraup nafkah,
dan pribadinya adalah dorongannya.
Kekurangannya yang sempurna adalah lonceng
kehidupan yang sebenarnya.
Yang mampu menjadi megah layaknya lentera di
tengah singgasana yang gelap gulita
Dan inilah yang sebenarnya lonceng kehidupan :
seorang sastrawan berkebangsaan Indonesia.
Dia melahirkan karya sastra secara produktif, walaupun kemampuan
fisiknya nyaris tidak berfungsi, kesetiaan berkarya Ratna di dunia
sastra ditandai dengan lebih dari 400 karya cerpen dan novel yang
dihasilkannya sejak usia remaja hingga akhir hayatnya.
Lahir dengan fisik terbatas, tak membuat Muhammad Amanatullah,warga Jalan Kartini Gang 16 Nomor 21 Kota Gresik ini, harus putus asa dan minder dalam beraktifitas sehari-hari.
Dengan jemari kakinya yang kecil, anak
yang bercita-cita menjadi pelukis handal ini, selalu lincah memainkan
pensil, untuk menjawab satu persatu soal ujian nasional.
Perenang Anak Tuna Daksa
Yang Tersisa dari Porcada Sulsel ke-2 Pangkep.
Anak Cacat Juga Bisa Raih Emas
|
Baru pertama kali ikut pertandingan resmi selama hidupnya, Muhammad Aliah yang lebih dikenal dengan nama Dani Afandi, sudah bisa menorekan prestasi. Meski prestasi masih pas-pasan, namun itu
sudah cukup membanggakan
Semoga dapat menjadi inspirasi dikala kita selalu memandang ke atas
dan tak pernah tunduk kebawah....
|