LURUS NAN BENGKOK . . .
Dua kata yg saling berlawanan
Yang baku hantam diantara masa peperangan antar
zaman
Yang bangkit dan tunduknya sulit ditebak
Paradigmanya adalah setiap insan yg hanya
mampir minum saja didunia ini
Setiap insan tak akan tahu berapa detik,berapa
jam,dan berapa hari perjalanan mereka
Bahkan tidak harus pada hitungan tahun, mereka
sudah diangkat diatas palungan dunia.
Hukumnya adalah selalu ada rencana lurus yang
diombang-ambingkan karena terinjaknya ribuan paku di kaki mulusnya
Daya mereka hanya sebatas jari kelingking
Cuma diberi hambatan sebiji sesawi saja sudah
tak punya tegangan.
Lantas...... itu semua manusia atau boneka ?
atau rumus fisika ?
Kadangkala insan kecil ingin menghabiskan
waktunya untuk bermimpi
Karena cuma di dalam mimpi mereka dapat bermain
dalam imajinasi yang tatkala mereka bisa terbahak-bahak lepas.
Dan ia pun bisa melebihi pesulap maupun nenek
sihir .
Gambarannya adalah insan kecil yang jadi mangsa
insan besar
Yang bahkan darah daginya sendiri
Lantas.... butakah ? kanibalkah? Kiamatakah ?
Bagai gitar tua yang sudah mengajari bagaimana
hidup harmonis dan senada
Berjalan lurus diatas dawai yang seirama dengan
pola birama
Meskipun disambut dengan awalan yang jatuh dan
berdarah-darah
Keterpurukannya adalah pengalaman yang tak
kenal zaman
Lalu dibantingnya gitar tua itu seperti orang
miskin,yang jatuh sakit,lalu mati.
Karya dan teladan mulia pun tak dihargai oleh
jari kecil yang empuk dan berdarah itu.
Sebenarnya kita sadar sekarang bukan zaman
purbakala nan negeri dongeng
Tapi kenapa tidak ada kata ‘Saling’
Berjalan menurut hati dan kehendak individu
Perpektif yang ingin sendiri tapi tak mandiri
Bermain petak umpat dengan cara komunisme
Ego kosong yang melempar tanggung jawab pada
pihak ketiga
Sungguh mulianya dosa mereka
Hanya karena mereka terbiasa hidup bengkok.
Hingga jalan lurusnya dibengkokkan karena kebiasaan najisnya yang abadi
Yang tak bisa dihapus gelombang laut seperti
usapan air mata pada mestinya.